Evolusi Mahasiswa, sebuah antologi kehidupan.
Hidup Rakyat Indonesia !!
Mahasiswa atau Masih”siswa”. Dapatkah kita jawab andaikata itu ditanyakan kepada diri kita masing-masing? Hal yang tidak mudah untuk diketahui. Bukanlah hanya sekedar hal retoris semata tapi lebih kepada perubahan sikap dan mental yang kita milki dan kita jalani.
Kata siswa terbentur dengan keterbatasan kita sebagai siswa yang berseragam, terbentur dengan kaidah-kaidah yang digariskan oleh pihak penyelenggara pendidikan, dan juga terhalang untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya karena kita hanya dicekoki fakta dari satu sumber saja. Pastinya hal itu tak akan membuat pemikiran kita berkembang, tak akan membuat mata kita terbuka akan dunia. Kita hanya berkutat di dalam kamar yang penuh dengan fasilitas bagus dan suasana yang kondusif. Itulah siswa, kita memang tidak disiapkan untuk sadar akan kondisi bangsa ini, kita hanya di siapkan untuk masuk ke universitas??
Berbeda dengan siswa, wujud mahasiswa adalah bentuk evolusi (jika boleh dikatakan demikian) dari siswa yang monoton dan konvensional. Dalam wujud mahasiswa, individu akan mencoba menemukan nilai rasa baru yang sebelumnya belum pernah ia rasakan sebagai seorang siswa. Dalam wujud ini, kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa Indonesia tidak sebaik yang dikira, bahwa dunia tidak sebagus seperti yang kita pikirkan. Banyak hal yang dulunya tertutup akhirnya terbuka setelah kita jadi mahasiswa.
Untuk menjadi mahasiswa yang sejati, seorang individu harus menghilangkan faktor-faktor elementer yang membuatnya masih tampak seperti siswa. Mahasiswa harus mampu bersikap layaknya seorang intelektual sejati, intelektual organik kalau memakai istilah Gramsci. Tak boleh ada lagi rasa takut untuk berkata dan mengemukakan pendapat, tak boleh lagi ada rasa rendah diri daripada yang lain, dan tak boleh lagi ada rasa nyaman dengan kondisi yang ada. Karena pada dasarnya mahasiswa adalah the agent of change, agen perubahan yang akan membawa perubahan ke lingkungan sekitar tempat ia hidup. Sikap intelektual itu harus tercermin dalam setiap tingkah laku perbuatan mahasiswa.
Mahasiswa satu ucapan. Jangan pernah takut untuk berkata benar, nilai-nilai idealisme seperti ini yang harusnya tertanam dan terprogram, patutlah menjadi seruan dalam bersikap dan bertutur kata. Seorang mahasiswa tidak akan pernah nyaman dengan kondisi yang dia dapatkan sekarang ini, dia akan selalu mencoba mencari celah apa yang menjadi kekurangan, intinya dia tidak akan pernah berhenti untuk menuju sempurna (karena manusia memang tak ada yang sempurna??). Katakan hitam jika memang hitam dan katakan putih jika memang putih, patutnya itulah yang harusnya menjadi slogan hidup dari seorang mahasiswa.
Mahasiswa haruslah mampu menjadi payung masyarakat, menjadi corong rakyat dalam bersuara kepada pemerintah. Membela hak-hak dasar rakyat, hak-hak essensil yang dijamin oleh UUD kita. Mahasiswa jangan pernah takut bila berhadapan dengan sebuah kezaliman, karena harapan besar terpancang di pundak kita, harapan dari segenap bangsa yang ingin melihat Indonesia Sejahtera suatu saat nanti. Janganlah tenang dan terdiam, teruslah menjadi oposisi sejati dari ketidak adilan dan ketertindasan. Layaklah seorang mahasiswa mengerti, kalau tidak akan ada mahasiswa yang mampu duduk tenang di ruang kuliah yang ber-AC apabila ia melihat dan mendengar kondisi bangsa yang terpuruk. Berikanlah sumbangsih sebisanya dan semampunya.
Kajian gerakan mahasiswa telah sampai pada masa transisi dimana masyarakat mulai menemui kejenuhan dengan arti gerakan ini. Sudah selayaknya mahasiswa sebagai intelektual gerakan, mulai mencari cara baru dalam membela hak-hak rakyat. Tapi tetap tidak hanya terdiam dan berhenti melihat kekacauan yang terjadi. Jangan hanya Cuma bisa mengkritik gerakan mahsiswa tapi tidak melakukan apa-apa. Bergerak hanya kalau merasa menguntungkan, itu adalah contoh mahasiswa non-sosial yang tenang-tenang saja melihat bangsanya terpuruk. Akankah kita seperti itu? Ataukah kita menjadi barisan kokoh para pejuang yang tak kenal kata menyerah dalam mengatakan kebenaran yang kita yakini? Jawabannya ada di diri kita masing-masing.
Nb : Jangan terperangkap dengan arti gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa tidak sama dengan Aksi turun ke jalan. Gerakan mahasiswa adalah sebuah alur gerakan yang terproses sejak isu muncul sampai ke hasil penyikapan,salah satunya memang aksi turun ke jalan, tapi itu bukanlah hal satu-satunya. Kita harus mampu melihat situasi dan kondisi. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu memberikan sumbangan berharga bagi keberlangsungan gerakan mahasiswa demi untuk mencapai Indonesia yang sejahtera. Jadi jangan hanya berwacana dan mengkritik. Buatlah sesuatu. Buktikan kalau kamu memang mahasiswa!!
Mahasiswa atau Masih”siswa”. Dapatkah kita jawab andaikata itu ditanyakan kepada diri kita masing-masing? Hal yang tidak mudah untuk diketahui. Bukanlah hanya sekedar hal retoris semata tapi lebih kepada perubahan sikap dan mental yang kita milki dan kita jalani.
Kata siswa terbentur dengan keterbatasan kita sebagai siswa yang berseragam, terbentur dengan kaidah-kaidah yang digariskan oleh pihak penyelenggara pendidikan, dan juga terhalang untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya karena kita hanya dicekoki fakta dari satu sumber saja. Pastinya hal itu tak akan membuat pemikiran kita berkembang, tak akan membuat mata kita terbuka akan dunia. Kita hanya berkutat di dalam kamar yang penuh dengan fasilitas bagus dan suasana yang kondusif. Itulah siswa, kita memang tidak disiapkan untuk sadar akan kondisi bangsa ini, kita hanya di siapkan untuk masuk ke universitas??
Berbeda dengan siswa, wujud mahasiswa adalah bentuk evolusi (jika boleh dikatakan demikian) dari siswa yang monoton dan konvensional. Dalam wujud mahasiswa, individu akan mencoba menemukan nilai rasa baru yang sebelumnya belum pernah ia rasakan sebagai seorang siswa. Dalam wujud ini, kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa Indonesia tidak sebaik yang dikira, bahwa dunia tidak sebagus seperti yang kita pikirkan. Banyak hal yang dulunya tertutup akhirnya terbuka setelah kita jadi mahasiswa.
Untuk menjadi mahasiswa yang sejati, seorang individu harus menghilangkan faktor-faktor elementer yang membuatnya masih tampak seperti siswa. Mahasiswa harus mampu bersikap layaknya seorang intelektual sejati, intelektual organik kalau memakai istilah Gramsci. Tak boleh ada lagi rasa takut untuk berkata dan mengemukakan pendapat, tak boleh lagi ada rasa rendah diri daripada yang lain, dan tak boleh lagi ada rasa nyaman dengan kondisi yang ada. Karena pada dasarnya mahasiswa adalah the agent of change, agen perubahan yang akan membawa perubahan ke lingkungan sekitar tempat ia hidup. Sikap intelektual itu harus tercermin dalam setiap tingkah laku perbuatan mahasiswa.
Mahasiswa satu ucapan. Jangan pernah takut untuk berkata benar, nilai-nilai idealisme seperti ini yang harusnya tertanam dan terprogram, patutlah menjadi seruan dalam bersikap dan bertutur kata. Seorang mahasiswa tidak akan pernah nyaman dengan kondisi yang dia dapatkan sekarang ini, dia akan selalu mencoba mencari celah apa yang menjadi kekurangan, intinya dia tidak akan pernah berhenti untuk menuju sempurna (karena manusia memang tak ada yang sempurna??). Katakan hitam jika memang hitam dan katakan putih jika memang putih, patutnya itulah yang harusnya menjadi slogan hidup dari seorang mahasiswa.
Mahasiswa haruslah mampu menjadi payung masyarakat, menjadi corong rakyat dalam bersuara kepada pemerintah. Membela hak-hak dasar rakyat, hak-hak essensil yang dijamin oleh UUD kita. Mahasiswa jangan pernah takut bila berhadapan dengan sebuah kezaliman, karena harapan besar terpancang di pundak kita, harapan dari segenap bangsa yang ingin melihat Indonesia Sejahtera suatu saat nanti. Janganlah tenang dan terdiam, teruslah menjadi oposisi sejati dari ketidak adilan dan ketertindasan. Layaklah seorang mahasiswa mengerti, kalau tidak akan ada mahasiswa yang mampu duduk tenang di ruang kuliah yang ber-AC apabila ia melihat dan mendengar kondisi bangsa yang terpuruk. Berikanlah sumbangsih sebisanya dan semampunya.
Kajian gerakan mahasiswa telah sampai pada masa transisi dimana masyarakat mulai menemui kejenuhan dengan arti gerakan ini. Sudah selayaknya mahasiswa sebagai intelektual gerakan, mulai mencari cara baru dalam membela hak-hak rakyat. Tapi tetap tidak hanya terdiam dan berhenti melihat kekacauan yang terjadi. Jangan hanya Cuma bisa mengkritik gerakan mahsiswa tapi tidak melakukan apa-apa. Bergerak hanya kalau merasa menguntungkan, itu adalah contoh mahasiswa non-sosial yang tenang-tenang saja melihat bangsanya terpuruk. Akankah kita seperti itu? Ataukah kita menjadi barisan kokoh para pejuang yang tak kenal kata menyerah dalam mengatakan kebenaran yang kita yakini? Jawabannya ada di diri kita masing-masing.
Nb : Jangan terperangkap dengan arti gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa tidak sama dengan Aksi turun ke jalan. Gerakan mahasiswa adalah sebuah alur gerakan yang terproses sejak isu muncul sampai ke hasil penyikapan,salah satunya memang aksi turun ke jalan, tapi itu bukanlah hal satu-satunya. Kita harus mampu melihat situasi dan kondisi. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu memberikan sumbangan berharga bagi keberlangsungan gerakan mahasiswa demi untuk mencapai Indonesia yang sejahtera. Jadi jangan hanya berwacana dan mengkritik. Buatlah sesuatu. Buktikan kalau kamu memang mahasiswa!!
0 KOMEN:
Post a Comment